Sabtu, 21 November 2015

Psikologi Manajemen (Minggu ke-8)

Motivasi
     Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.
     Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan.
      Donald (1950) mengatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
      Nasution (1995) mengatakan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu.

Drive Reinforcement
        Teori ini dikemukakan oleh B.F. Skinner, teori ini didasarkan atas “hukum pengaruh”. Tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
  Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau memotivasi timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Konsekuensi yang terjadi secara berkesinambungan akan menjadi suatu rangsangan yang perlu untuk direspon kembali dan mengasilkan konsekuensi lagi. Demikian seterusnya sehingga motifasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang positif.
       Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
              Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Be berapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong. Biasanya di terapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalkan seorang kuli panggul di pasar tradisional, jika ia dapat mengangkut/mengirim 5 ton buah pada tiap 5 karung maka akan diberikan 2 kg buah segar oleh pemilik toko buah tersebut,
Drive-Reinforcement nya berbentuk reward berupa materi yang diberikan pemilik toko kepada pekerjanya (kuli panggul).
Sumber:
Malayu s.p Hasibuan. 2009. Manajemen (Dasar Pengertian, dan Masalah). Jakarta: Bumi Aksara.
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.

NAMA: PRISTA DICA KURNIA
NPM: 16513934
KELAS: 3P04

Jumat, 13 November 2015

Psikologi Manajemen (Minggu ke-7)

A. Modern Choice Approach to Participation  yang Memuat Decision Tree for Leadership Vroom & Yetton

      Teori kepemimpinan model Vroom dan Yetton ini merupakan salah satu kontingensi. Teori kepemimpinan Vroom dan Yetton disebut juga teori Normatif, karena mengarah pada pemberian rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya digunakan dalam situasi tertentu. Vroom dan Yetton memberikan beberapa gaya kepemimpinan yang layak untuk tiap situasi. Model ini mengarah pada pemberian rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya digunakan dalam situasi tertentu. Gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh corak yang dihadapi oleh macam keputusan yang harus diambil.
        Contoh kepemimpinan yang menggunakan gaya kepemimpinan Vroom dan Yetton adalah ketuan osis, apabila dalam melaksanakan tugas mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, ketua osis selalu menerima pendapat dari bawahan dengan mengadakan rapat osis.

B. Teori Kepemimpinan dari Konsep Contigency Theory of Leadership dari Fiedler
    Keberhasilan menerapkan manajemen perubahan antara lain sangat ditentukan oleh gaya(style) yang diadopsi manajemen. Teori ini berpendapat tingkat keberhasilan pengmbilan keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola perubahan. Gaya/cara yang dimaksud lebih menyangkut pengambilan keputusan dan implementasi. Seseorang dapat melakoni gaya kepemimpinan dalam suatu horizon mulai dari yang sangat otokratik hingga partisipatif. Dengan demikian, maka menurut teori ini tidak selalu komotmen dan partisipasi bawahan diperlukan. Semua ini memerlukan analisis dan diagnosis mengenai kesiapan kedua belah pihak, yaitu atasan dan bawahan, baik sikap mental, motivasi, maupun kompetensinya.
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. 
   Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
   Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).
    Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua pandangan dasar :
1. Berorientasi kepada pemimpin.
2. Berorientasi kepada bawahan.


C. Teori Kepemimpinan dari Konsep Path Goal Theory

   Dikembangkan oleh Robert House, inti dari teori tsb  adalah merupakan tugas pemimpin untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bias mencapai berbagai tujuan mereka. Istilah path goal berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang efektif semestinya bias menunjukkan jalan guna membantu penikut-pengikut mereka mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai rintangannya.
   House mengidentifikasikan epmat perilaku kepemimpinan, Pemimpin yang direktif member tahu kepada para pengikut mengenai apa yang diharapka dari mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan, dan memberikan bimbingan khusus terkait dengan cara menyelesaikan berbagai tugas tersebut. Pemimpin yang Suportif adalah pemimpin yang ramah dan memerhatikan kebutuhan para pengikut. Pemimpin yang partisipatif  berunding denga para pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Pemimpin yang berorientasi pencapaian menetapkan tujuam –tujuan yang besar dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan sangat bai . berlawanan dengan Fiedler, House berasumsi bahwa pemimpin itu fleksibel dan bahwa pemimpin yang sama bias menampilkan satu atau seluruh perilaku ini bergantung pada situasi yang ada.
   Karakteristik karyawan sebagai contoh, berikut adalah ilustrasi prediksi-prediksi yang didasarkan pada Path Goal Theory :

  • Kepemimpinan direktif menghasilkan kepuasan yang lebih besar manakala tugas-tugasnya bersifat ambigu atau penuh tekanan bila dibandingkan dengan ketika tugas-tugas tersebut terstruktur sangat ketat dan diuraikan dengan sangat baik.
  • Kepemimpinan yang suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi ketika karyawan mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur.
  • Kepemimpinan direktif cenderung dipandang tidak efektif apabila karyawan memiliki kemampuan yang diyakini baik atau pengalaman yang banyak. 
  • Karyawan dengan pusat kendali internal akan lebih puas denga gaya partisipatif.
  • Kepemimpina yang beorientasi pencapaian dapat meningkatkan harapan para karyawan bahwa usaha akan menghasilkan kinerja yang tinggi ketika tugas-tugas disusun secara ambigu.

    Hasil studi Robert House (2008:354) menjelaskan bahwa tingkah gaya para pemimpin dapat dipengaruhi oleh employee characteristics and enviroment.

1. Lima karakteristik karyawan yang memengaruhi gaya kepemimpinan yaitu; 
a) locus of control
b) Kemampuan tugas (task ability)
c) kebutuhan berprestasi (need for achievement) 
d) pengalarnan (experience) 
e) kebutuhan kejelasan (needfor clarity).

2. Dua faktor lingkungan yaitu; 
a) struktur tugas (task structure) 
b) dinarnik kelompok kerja (work group dynamic).

Sumber:
Tangkilisan, S. H.N,. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo
Griffin, W.R.(2002). Manajemen. Jakarta: Erlangga
Sutikno, R. B. (2007). THE POWER OF EMPHATY in LEADERSHIP. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Poniman, F. N. I.,  & Azzaini,. J. (2007). KUBIK LEADERSHIP Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup. Jakarta Selatan: PT Mizan Publika

NAMA: PRISTA DICA KURNIA
NPM: 16513934
KELAS: 3PA04

Sabtu, 07 November 2015

Psikologi Manajemen Minggu ke-6

1. LEADERSHIP

   Pada dasarnya definisi atau pengertian kepemimpinan ( leadership ) telah banyak dikemukakan para pakar atau akhli di bidang manajemen sumber daya manusia. Definisi atau pengertian kepemimpinan ( leadership ) banyak yang dikutip oleh Thoha (2006 : 5) dari berbagai pakar atau ahlii, antara lain sebagai berikut: 
(1) Menurut Robert Dubin definisi atau pengertian kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan.
(2) Menurut J.L. Hemphill, definisi atau pengertian kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencapai jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
(3) Dr. Thomas Gordon mengatakan kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggota kelompok setiap peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.

(4) Tannenbaum, Weschler,& Massarik (1961) Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.
(5)  P. Pigors (1935) Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama.


2. Teori-teori Kepemimpinan Partisipatif



Teori X dan Teori Y (DOUGLAS MC GREGOR)
         Douglas  McGregor telah merumuskan dua model yang dia sebut Teori X dan Teori Y.
1)      Asumsi teori X yaitu rata-rata manusia memiliki bawaan tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya jika dia bisa.
a.       Karena mereka tidak suka bekerja, kebanyakan orang harus dikontrol dan terancam sebelum mereka akan bekerja cukup keras.
b.      Manusia rata-rata lebih suka diarahkan, tidak menyukai tanggung jawab, adalah jelas, dan keinginan keamanan di atas segalanya.
c.       Asumsi ini terletak di belakang hari ini sebagian besar prinsip-prinsip organisasi, dan menimbulkan baik untuk "sulit" manajemen dengan hukuman dan kontrol ketat, dan "lunak" manajemen yang bertujuan untuk harmoni di tempat kerja.
d.      Kedua ini adalah "salah" karena pria perlu lebih dari imbalan keuangan di tempat kerja, dia juga membutuhkan motivasi lebih dalam tatanan yang lebih tinggi - kesempatan untuk memenuhi dirinya sendiri.
e.       Teori X manajer tidak memberikan kesempatan ini staf mereka sehingga karyawan diharapkan berperilaku dalam mode.
2)      Teori Y Asumsi
a.       Pengeluaran upaya fisik dan mental dalam bekerja adalah sebagai alam seperti bermain atau istirahat.
b.      Pengendalian dan hukuman bukan satu-satunya cara untuk membuat orang bekerja, manusia akan mengarahkan dirinya sendiri jika ia berkomitmen untuk tujuan organisasi.
c.       Kalau suatu pekerjaan memuaskan, maka hasilnya akan komitmen terhadap organisasi.
d.      Pria belajar rata-rata, di bawah kondisi yang tepat, tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab.
e.       Imajinasi, kreativitas, dan kecerdikan dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah kerja dengan sejumlah besar karyawan.
f.       Di bawah kondisi kehidupan industri modern, potensi intelektual manusia rata-rata hanya sebagian dimanfaatkan


B. Teori Sistem 4 dari Kensis Linkert

- Asumsi dasar
Bila seseorang memperhatikan dan memelihara pekerjanya dengan baikmaka operasional organisasi akan membaik. Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat system:
1. Sistem pertama : system yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik. Tahun 1960-an Likert dikembangkan empat sistem manajemen yang menggambarkan hubungan, keterlibatan, dan peran antara manajemen dan bawahan dalam pengaturan industri.Keempat sistem adalah hasil dari penelitian bahwa ia telah dilakukan dengan sangat produktif supervisor dan anggota tim mereka Perusahaan Asuransi Amerika. Belakangan, ia dan Jane G. Likert merevisi sistem berlaku untuk pengaturan pendidikan. Mereka awal revisi itu dimaksudkan untuk menjelaskan peran kepala sekolah, siswa, dan guru; akhirnya individu-individu lain di dunia akademik dimasukkan seperti pengawas, administrator, dan orangtua.
2. Sistem kedua : system yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitive terhadap kebutuhan karyawan.
3. Sistem ketiga : system konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan.
4. Sistem keempat : system partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.
5.  Partisipatif (kelompok) system : Manajemen sepenuhnya percaya pada bawahan / karyawan. Ada banyak komunikasi dan bawahan sepenuhnya terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Bawahan nyaman menyatakan pendapat dan ada banyak kerja sama tim. Tim dihubungkan bersama-sama oleh orang-orang, yang menjadi anggota lebih dari satu tim. Likert panggilan orang di lebih dari satu kelompok "menghubungkan pin". Karyawan di seluruh organisasi merasa bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Tanggung jawab ini terutama sebagai bawahan motivasi ditawarkan imbalan ekonomi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka telah berpartisipasi dalam pengaturan.

C.    Teori of Leadership Pattern Choice Tannenbaum dan Schmidt
Model delegasi dan tim pengembangan Tannenbaum dan Schmidt Continuum adalah sebuah model sederhana yang menunjukkan hubungan antara tingkat kebebasan yang seorang manajer memilih untuk diberikan kepada tim, dan tingkat kewenangan yang digunakan oleh manajer. Sebagai kebebasan tim meningkat, sehingga otoritas manajer berkurang. Ini adalah cara yang positif bagi kedua tim dan manajer untuk berkembang. Sementara model Tannenbaum dan Schmidt keprihatinan kebebasan didelegasikan ke grup, Prinsip yang mampu menerapkan berbagai tingkat kebebasan didelegasikan erat berkaitan dengan 'delegasi tingkat' pada delegasi halaman. Sebagai seorang manajer, salah satu tanggung jawab Anda adalah untuk mengembangkan tim Anda. Anda harus mendelegasikan dan meminta sebuah tim untuk membuat keputusan sendiri untuk berbagai tingkatan sesuai dengan kemampuan mereka.

    Berikut adalah Tannenbaum dan Schmidt Continuum didelegasikan tingkat kebebasan, dengan beberapa tambahan penjelasan bahwa seharusnya membuat lebih mudah untuk memahami dan menerapkan.
1)      Manajer memutuskan dan mengumumkan keputusan.
2)      Manajer memutuskan dan kemudian 'menjual' keputusan untuk kelompok.
3)      Manajer menyajikan latar belakang keputusan dengan ide-ide dan mengundang pertanyaan.
4)      Manajer menyarankan keputusan sementara dan mengundang diskusi tentang hal itu.
5)      Manajer menyajikan situasi atau masalah, mendapat saran, kemudian memutuskan.
6)      Manajer menjelaskan situasi, mendefinisikan parameter dan meminta tim untuk memutuskan.
7)      Manajer memungkinkan tim untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan pilihan, dan memutuskan tindakan, dalam batas-batas yang diterima manajer.



Sumber :
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta. Universitas Indonesia
Vroom, VH dan Yetton, PW. (1973). Kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Pittsburg: University of Pittsburg.
Yukl, G. A., R. Lepsinger, and T. Lucia. 1992. Preliminary Report on the Development and Validation of the Influence Behavior Questionnaire. in Impact of Leadership. Eds. K. E. Clark.


NAMA: PRISTA DICA KURNIA
NPM: 16513934
KELAS: 3PA04

Jumat, 30 Oktober 2015

Psikologi Manajemen (Minggu ke-5)

Kekuasaan


1. Definisi Kekuasaan

        Menurut Max Weber, kekuasaan adalah suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan menghilangkan jabatan. Bierstedt mengatakan kekuasaan yaitu kemampuan untuk mempergunakan kekuatan. Selain itu, Rogers juga mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik. Menurut Rusel, kekuasaan merupakan suatu produksi dari akibat yang diinginkan.

Analisis:
         Kekuasaan adalah kemampuan seseorang seseorang dalam suatu jabatan yang dapat mempengaruhi orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik.


2. Sumber-sumber Kekuasaan Menurut French dan Raven
     Menurut French dan Raven, ada beberapa sumber dari kekuasaan yaitu:
a) Coercive Power( Kuasa Paksaan) adalah kemampuan untuk menghukum atau memperlakukan seseorang yang tidak melakukan permintaan atau perintah. Diperoleh dari salah satu kapasitas untuk membagikan punishment pada mereka yang tidak mematuhi permintaan atau perintah. Kekuasaan  bisa dibilang kekuasaan karena rasa takut oleh seseorang yang memiliki kuasa dalam suatu hal. Karena hal itulah orang-orang yang menjadi bawahan atau pengikutnya, menjadi tunduk dan mau untuk melakukan perintah yang diberikan oleh orang yang berkuasa, karena jika mereka tidak mengikuti apa yang diperintahkan maka bawahan atau pengikutnya tersebut akan mendapat hukuman.
b) Reward Power adalah suatu sikap yang patuh atau tunduk yang dicapai berdasarkan kepatuhan atau kemampuan untuk memberikan reward (imbalan) agar dipandang orang lain berharga. Seseorang yang patuh pada orang lain, jika dijanjikan akan diberi sebuah imbalan yang sesuai dengan prestasinya. Selain itu reward power juga diartikan kemampuan dalam mengontrol distribusi dalam pemberian reward atau menawarkan pada grup lainnya.
c) Legitimate Power (Kuasa yang sah) adalah pemimpin memperoleh hak dari pemegang kekuatan untuk memerlukan dan menuntun ketaatan. Seseorang yang telah memiliki legitimate power, akan menuntut bawahan untuk selalu taat pada aturannya. Legitimate power memiliki definisi lain, yaitu kekuatan yang bersumber dari otoritas yang dapat dipertimbangkan hak untuk memerlukan dan pemenuhan perintah.
d) Expert Power (Kekuasaan Pakar) adalah pengaruh berdasarkan  pada kepercayaan target bahwa pemegang kekuatan memiliki kemampuan dan keahlian yang superior dalam bidangnya. Seseorang yang memang ahli dalam bidangnya, akan mudah untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain.
e) Referent Power (Kekuasaan Rujukan) Pengaruh yang didasarkan pada kepemilikan sumber daya atau ciri pribadi yang diinginkan oleh seseorang. Berkembang dari rasa kagum pada orang lain, untuk menjadi seperti orang yang dikagumj itu, dikarenakan karisma nya. Selain itu juga referent power juga menjelaskan bagaimana karismatik pemimpin, mengatur untuk menggunakan banyak kontrol dalam grup mereka.

Analisis:
     Terdapat lima sumber kekuasaan yang dinyatakan oleh French dan Raven, yaitu coersive power (kekuasaan paksaan) kemampuan seseorang yang memiliki jabatan untuk menghukum bawahan yang tidak mengikuti perintahnya dan membuat bawahannya tunduk pada dia. Kedua yaitu reward power, kekuasaan untuk memberikan imbalan pada bawahan yang telah menaati aturannya. Ketiga yaitu legitimate power (kuasa yang sah) seseorang yang telah memiliki hak dari petingginya untuk membuat bawahannya selalu taat akan aturannya. Keempat yaitu expert power (kekuasaan pakar) seseorang yang telah ahli dalam bidangnya mempunyai kemudahan untuk mempengaruhi orang lain. Kelima, referent power yaitu kekuasaan yang didasari kepemilikan atau ciri pribadi yang diinginkan oleh orang, berkembang dari rasa kagum dan ingin menjadi orang yang dikagumi tersebut.

Sumber:
Thoha, Miftah. 2005. Perilaku organisasi (Konsep dasar dan aplikasinya). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Winardi. 1990. Kepemimpinan dalam manajemen. Bandung: Rineka Cipta.
Yulk, G. 2001. Kepemimpinan dalam organisasi 5th. Edisi Terjemahan. Jakarta: PT. Indeks


NAMA: PRISTA DICA KURNIA
NPM: 16513934
KELAS: 3PA04

Sabtu, 24 Oktober 2015

PSIKOLOGI MANAJEMEN (MINGGU KE-4)

Model-Model Mempengaruhi Orang Lain

      Cara mempengaruhi orang lain dengan dasar pendekatan komunikasi persuasi dikemukakan oleh Aristoteles ada 3 pendekatan dasar, yaitu :
1. Logical Argument
       Logical Argument adalah penyampaian ajakan mengunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Hal ini telah disinggung dalam komponen data.
2. Psychological/Emotional Argument (Phatos)
       Penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif maupun negatif.
3. Argument Based on Credibility (Ethos)
       Ajakan atau arahan yang dituruti oleh komukate/audience karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidangnya. Contohnya kita menuruti nasihat medis dari dokter, atau mematuhi ajakan dari seorang pemuka Agama, hal ini semata-mata karena kita mempercayai kepakaran seseorang dalam bidangnya.

Menurut Burgon & Huffner (2002), ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komujasi persuasi menjadi lebih efektif. Diantaranya:
1. Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebagai bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2. Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikate dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesa  yang diberikan komunikator. Misal, terjadi kejadian luar biasa, demam berdaeah maka pemerintah dengan pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk mencegah DBD.
3. Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan, karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh: iklan-iklan yang menggunakan bintang komedian atau menggunakan humor yang melekat di hati masyarakat.
4. Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience komunikate dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negatif. Misal, iklan rokok.

Analisis:
      Menurut penjelasan diatas, jadi mempengaruhi orang lain ada dua tokoh yang mengemukakan pendapatnya. Yang pertama yaitu Aristoteles dengan 3 pendekatannya, yang pertama yaitu logical argument, penyampaian menggunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Kedua, emotional argument yang berdasarkan dengan emosi, ketiga adalah argument based on credibility yaitu ajakan dari komunikator yang mempunyai kredibilitas sebagai pakar dari bidangnya.
   Tokoh kedua yaitu Burgon & Huffer dengan empat pendekatannya. Pendekatan pertama adalah berdasarkan bukti atau pengungkapan fakta yang terjadi sebagai penguat ajakan yang diberikan. Kedua yaitu, berdasarkan ketakutan yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan untuk mempersuasi orang agar ikut dalam ajakan. Ketiga, berdasarkan humor yaitu menggunakan humor atau fantasi agar masyarakat yang ingin dipersuasi dapat dengan mudah mengingat ajakan yang diberikan. Keempat berdasarkan diksi atau slogan dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negatif.

Wewenang
          
          Wewenang merupakan kemampuan yang diterima untuk mengambil keputusan dan untuk mendelegasikan suatu tindakan. Wewenang adalah suatu bentuk kekuasaan, seringkali dipergunakan secara luas untuk merujuk kemampuan manusia menggunakan kekuasaan sebagai hasil dari ciri-ciri seperti pengetahuan atau gelar seperti hakim. Terutama, wewenang formal adalah kekuasaan sah. Wewenang formal adalah tipe kekuasaan yang kita hubungkan dengan struktur organisasi dan manajemen. Kekuasaan itu berdasarkan pengakuan keabsahan usaha manajer untuk menggunakan pengaruh.

Jenis-jenis wewenang:
a Wewenang Lini (Line Authority)
      Wewenang lini adalah wewenang manajer yang bertanggung jawab langsung untuk mencapai sasaran organisasi. Wewenang lini diwujudkan dengan rantai komando standar, mulai dari dewan direktur sampai tempat aktivitas dasar organisasi yang dilaksanakan. Wewenang lini terutama didasarkan pada kekuasaan sah.
b. Wewenang Staff (Staff Authority)
    Wewenang staff adalah kelompok individu yang menyediakan saran dan jasa kepada manajer lini. Staff memberikan berbagai tipe bantuan pakar dan saran pada manajer. Wewenang staff terutama didasarkan pada kekuasaan keahlian. Staff sapat menawarkan saran perencanaan lewat penelitian, analisis, dan pengembangan pilihan. Staff juga dapat membantu dalam implementasi kebijakan, memonitor dalam masalah legal dan keuangan, dan dalam desain dan operasu sistem pemrosesan data.

Analisis:
     Jadi, wewenang adalah kemampuan untuk pengambilan keputusan sebagai bentuk kekuasaan terutama wewenang formal, seperti hakim, manajer atau para petinggi dalam organisasi. Jenis-jenis wewenang ada dua yaitu wewenang lini, dimana manajer bertanggung jawab langsung untuk mencapai target dalam organisasi. Kedua adalah wewenang staff, dimana staff mempunyai wewenang untuk menyediakan saran dan jasa bagi manajer yang didasarkan oleh keahlian.


Sumber:
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sarwono, S.W. 2005. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.


NAMA: PRISTA DICA KURNIA
NPM: 16513934
KELAS: 3PA04

Sabtu, 17 Oktober 2015

PSIKOLOGI MANAJEMEN (Minggu ke-3)

1. Definisi Pengaruh
            Surakhmad (1982) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu orang atau benda dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Menurut Uwe Becker, pengaruh adalah kemampuan yang terus brkembang yang berbeda dengan kekuasaan, tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan. Wiryanto menjelaskan pengaruh merupakan tokoh formal maupun informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri-ciri lebih cosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi.
Analisis :
            Pengaruh adalah sesuatu yang muncul dari seseorang atau benda yang memberikan pengaruh, mempunyai ciri lebih inovatif, kompeten, aksesibel terhadap sekitarnya atau lingkungan nya.

2. Kunci – kunci Perubahan Perilaku
            Menurut Fisher & Gorchos, perubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptig. Prosedurnya didasarkan kepada prinsip-prinsip behavioral. Skinner mengatakan, perubahan perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip dasar yang awalnya berasal dari penelitian eksperimental dengan binatang di laboratorium. Mengabaikan peristiwa-pristiwa masa lalu sebagai penyebab perilaku.
            Penekanan perubahan perilaku kepada peristiwa-peristiwa lingkungan saat iniyang menjadi penyebab perilaku sebagai dasar pemilihan intervensi perubahan perilaku yang tepat. Kadzin mengatakan, treatment dilakukan oleh orang di dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku akan lebih efektif apabila dikembangkan oleh orang-orang yang berasa di lingkungan individu yang perilakunya menjadi target perubahan seperti guru, orangtua, atau orang lain yang dilatih tentang perubahan perilaku.
Analisis:
            Kunci perubahan perilaku adalah dari cara penerapan yang terencana, sistematis untuk mengubah perilaku. Perubahan perilaku juga menekankan untuk mengabaikan peristiwa-peristiwa masa lalu sebagai penyebab perilaku saat ini. Semua itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang ingin atau sedang melakukan treatment untuk perubahan perilaku menjadi lebih baik, dan di dukung juga oleh lingkungan sekitar, seperti keluarga, guru, teman-teman, dll.

Sumber :
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan). Balai Pustaka, Jakarta.
Heru Basuki, A.M. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Gunadarma


NAMA : PRISTA DICA KURNIA
NPM : 16513934
KELAS : 3PA04

Kamis, 08 Oktober 2015

PSIKOLOGI MANAJEMEN (MINGGU KE-2)

A. DEFINISI KOMUNIKASI
            Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Menurut Raymond Ross, Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu penerima pesan membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.Menurut Gerald R. Miller, Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka.
Analisis : Komunikasi adalah penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain, seseorang kepada kelompok, kelompok pada seseorang, kelompok pada kelompok melalui media atau secara langsung.

B. DIMENSI-DIMENSI KOMUNIKASI
1. Isi
            Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan.
2. Kebisingan
            Suasana disekitar komunikator dan orang yang dituju, tinggi rendahnya suara yang terdengar dalam komunikasi sangat berpengaruh pada penyampaian pesan atau informasi.
3. Jaringan
            Perluasan informasi dan pesan yang dapat dijangkau komunikator. Biasanya kita berpikir bahwa percakapan antara A dengan B adalah langsung. Tetapi, ternyata A bisa  dapat berbicara dengan B hanya dengan melalui C atau D.
4. Arah
            Komunikasi dapat melalui satu arah atau dua arah, Komunikasi satu arah adalah satu orang memberikan informasi kepada orang lainnya tanpa ada timbal balik, sedangkan komunikasi dua arah merupakan komunikasi dimana satu orang memberikan informasi ke orang lain, dan orang lain juga memberikan informasi, sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya. Komunikasi ke bawah (downward communication) adalah penyampaian informasi dari atasan ke bawahan sesuai dengan struktural di organisasi. Penggunaan komunikasi ini sangat efektif untuk penyampaian instruksi, pengarahan, pengontrolan kepada anak buah. Komunikasi dapat tertulis maupun lisan yang dapat disesuaikan dengan konteks serta kontennya. Komunikasi ke bawah harus Anda perbanyak porsinya terutama pada karyawan Anda yang baru bergabung.           Komunikasi ke atas (upward communication) adalah penyampaian informasi dari bawahan ke atasan. Biasanya hal ini terjadi saat karyawan kita ingin menyampaian usulan, ide, keluhan, pengaduan, laporan. Apa yang disampaikan oleh anak buah kita ini bisa jadi sebuah informasi yang penting guna pengambilan kita sebagai atasan. Komunikasi horisontal (horizontal communication) adalah komunikasi yang melibatkan antar individu atau kelompok pada level yang sama. Contoh arah komunikasi ini adalah diskusi antar staff akuntan, diskusi antar manajer, diskusi direktur dengan kolega.
Analisis:
            Dimensi komunikasi terbagi menjadi 4 yaitu dimensi isi, kebisingan, arah, dan jaringan. Dimensi isi adalah maksud dari pesan atau informasi yang disampaikan. Dimensi kebisingan adalah tinggi rendahnya suara pada saaat komunikasi, semakin tinggi kebisingan di sekitar komunikator dan orang yang dituju, semakin sulit untuk penyampaian pesan atau informasi. Dimensi arah adalah pembagian dimana komunikasi dapat dilakukan dengan komunikator menyampaikan pesan pada orang lain atau kelompok dan yang dituju hanya mendengarkan (satu arah) dan komunikator dengan orang lain atau kelompok saling menyampaikan informasi (dua arah). Di dalam organisasi atasan memberikan informasi pada bawahan (ke bawah), bawahan menyampaikan pendapat, info, dll kepada atasan (ke atas) sesama staff atau yang selevel saling memberi informasi (horizontal).

Sumber :

Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press). 
Pace, R Wayne dan Faules Don F.2006. Komunikasi Organisasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Arni.2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara



NAMA : PRISTA DICA KURNIA
NPM : 16513934
KELAS : 3PA04

Rabu, 30 September 2015

PSIKOLOGI MANAJEMEN (MINGGU KE-1)

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI MANAJEMEN
   Menurut Stoner, Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Zaman dahulu Manajemen dan Psikologi adalah dua bidang yang berbeda, sejak zaman revolusi industri, tiga modal kerja yang utama adalah SDA (Sumber Daya Alam), SDU (Sumber Daya Uang), SDM (Sumber Daya Manusia), dan ilmu manajemen pun beriksar pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja antar ketiga modal kerja ini.
      Dengan ditemukan dan dikembangkan ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting, karena ilmu psikologi yang memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi atau mengolah berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

Analisa :
       Jadi inti dari pengertian yang diberikan oleh Stoner yaitu Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan para anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya di suatu kegiatan usaha organisasi.
    Pada awalnya, Psikologi dan Manajemen adalah dua bidang yang berbeda. Namun setelah revolusi industri dan berkembangnya ilmu Psikologi, diketahui SDM (Sumber Daya Manusia) adalah unsur terpenting di dalam perusahaan, maka ilmu Psikologi sangat dibutuhkan. Karena ilmu Psikologi yang berpusat pada manusia termasuk keadaan kejiwaan nya mampu memberikan motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai teknik dan metode sehingga dapat menunjang kinerja SDM semaksimal mungkin untuk produktivitas perusahaan.

B. PENGERTIAN ORGANISASI
       Menurut James D. Money, organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Chester I. Bernard, organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Organisasi terbagi dua yaitu:
1. Organisasi formal
          Kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan Terbatas, Sekolah, dll.
2. Organisasi informal
           Kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu, belajar bersama, dll.
       
Analisa:
        Arti organisasi secara singkat adalah sarana yang di dalamnya terdapat dua orang atau lebih yang memiliki tujuan, visi dan misi yang sama sesuai kesepakatan bersama. Organisasi terbagi menjadi dua yaitu organisasi formal (dilakukan secara sadar dan rasional) dan informal (berada pada aktifitas dan tujuan yang sama secara tidak disadari langsung).


     

Sumber :
Bagus Riyono dan Emi Zulaifah. 2001. Psikologi Kepemimpinan. Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM
http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/17039/17003
T. Hani Handoko. 1999. Manajemen, Yogyakarta : BPFE


NAMA : PRISTA DICA KURNIA
NPM : 16513934
KELAS : 3PA04


Sabtu, 16 Mei 2015

KESEHATAN MENTAL TUGAS 2

1. FENOMENA DEPRESI
            Depresi pada orang normal diartikan sebagai keadaaan murung (kesedihan, patah hati, dan patah semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya aktivitas, dan pesimisme dalam menghadapi masa depan. Depresi pada abnormal dapat diartikan sebagai ketidakmauan yang ekstrim untuk merespons stimulus dan disertai menurunnya nilai diri, ketidakmampuan, delusi dan putus asa (Chaplin, 1995).
a. Teori Depresi
·         Teori depresi biologi ini menyimpulkan bahwa faktor penyebab depresi sebenarnya bersumber pada gen seseorang , dan ketidakberfungsian beberapa fisiologi dalam tubuh yang memungkinkan mampu melahirkan depresi (dalam Sarason dan Sarason,1989).
·         Dalam pandangan psikodinamika Sigmund Freud dan Karl Abraham depresi merupakan reaksi kompleks terhadap suatu kehilangan atau loss.
·         Menurut teori depresi behavioral, orang yang mengalami depresi menerima hukuman (punishment) daripada orang yang tidak mengalami depresi (dalam Sarason dan Sarason,1989). Mereka yang mengalami depresi akan dikucilkan dan dijauhi. Tindakan seperti itu, jika dilakukan secara terus menerus oleh lingkungannya akan semakin memperparah tingkat depresi penderita.
·         Teori depresi kognitif merupakan teori depresi yang paling banyak dipilih para peneliti. Teori depresi kognitif dinilai sangat efektif jika digunakan untuk bahan terapi penderita depresi. Teori ini menyatakan bahwa seseorang yang selalu berpikiran negatif tentang dirinya memiliki kecenderungan untuk depresi.Berbeda dengan yang selalu berpikiran positif terhadap dirinya. Orang yang selalu berpikiran negatif selalu menganggap semua yang dilakukannya adalah salah dan tak bermanfaat, mereka menganggap diri sendiri sebagai sosok yang lemah.
b. Penyebab Depresi
Dibawah ini terdapat beberapa penyebab dari depresi, yaitu :
1. Penyebab Fisiologis (ketidakseimbangan zat kimia dalam tubuh, masalah fisik, genetik, jenis kelamin, obat-obatan).
2. Penyebab Psikologis (karakteristik, pemikiran irasional, keputus-asaan, stress emosional dan fisik yang berkepanjangan).
3. Penyebab Lingkungan (kehilangan, kegagalan, peran sosial).


c. Analisis Kasus (Fenomena Depresi Para Caleg Pasca Pileg 9 April 2014)
             Para caleg saling memperebutkan tiket untuk menuju kursi kekuasaan baik di DPRD maupun DPR RI pusat. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya. Demi mendapat suara terbanyak mereka rela mengeluarkan uang ratusan juta bahkan miliyaran rupiah demi sebuah jabatan dan kekuasaan. Mereka berlomba-lomba menyuap masyarakat dengan uang agar mereka dipilih, namun masyarakat sekarang sudah semakin cerdas, mereka diberi uang pasti diterima akan tetapi entah siapa yang dipilih dalam pileg. Akibatnya setelah pileg yang sudah dilaksanakan pada 9 April lalu, banyak para caleg mengalami depresi berat bahkan terkena gangguan jiwa karena mereka sudah mengeluarkan uang ratusan juta bahkan miliyaran rupiah akan tetapi mereka gagal dalam pileg dan itu artinya mereka gagal terpilih menjadi pejabat pemerintah, ada yang menuntut uang yang sudah disebar ke masyarakat untuk dikembalikan lagi, ada yang memblokir jalan umum, ada yang ngamuk di TPS, ada yang teriak-teriak, bahkan ada yang benar-benar gila yang sok memakai jaz dengan dasi dan sepatu layaknya seorang pejabat dengan bicara yang tidak jelas. Hal ini sangatlah disayangkan dan tentunya sangatlah memprihatinkan  karena  hanya akibat gila kekuasaan, malah mengakibatkan mereka benar-benar gila mental dan jiwanya.
            Pada kasus ini, terlihat sekali bahwa para caleg yang gagal dalam pileg mengalami depresi berat terdapat factor psikologis dan lingkungan yang mereka alami. Penyebab psikologisnya adalah stress emosional dan fisik yang mereka alami pasca pileg yang berkepanjangan, mereka tidak menerima kenyataan bahwa mereka telah gagal terpilih dan uang yang mereka hamburkan ratusan juta bahkan milyaran lenyap begitu saja dan menyisakan harapan kosong bagi mereka, dan penyebab lingkungannya adalah kegagalan yang mereka alami, mereka menetapkan tujuan yang tinggi yaitu sebagai anggota DPRD atau DPR RI dalam waktu yang singkat, menghamburkan banyak uang untuk menyuap masyarakat agar memilih mereka tetapi hasil dan kenyataan yang mereka terima jauh dari apa yang mereka harapkan.

2. HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN RELIGIUSITAS
            Pengertian agama menurut J.H. Leuba, agama adalah cara bertingkah laku, sebagai system kepercayaan atau sebagai emosi yang bercorak khusus. Sedangkan definisi agama menurut Thouless adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia percayai sebagai makhluk atau sebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia. Agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan. Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan introspeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
            Agama sebagai fitrah manusia telah diinformasikan oleh Al-Qur’an.Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti yang ada dalam QS.Ar Rum:30-31. Hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap tersebut akan memberikan sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, puas, sukses, merasa dicintai, atau merasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan bagian dari kebutuhan hak asasi manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka dalam kondisi tersebut manusia berada dalam keadaan tenang dan normal. Ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan ajrannya secara rutin. Bentuk dan pelaksanaan ibadah agama, paling tidak akan dapat berpengaruh dalam menanamkan keluhuran budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhan yang setia. Tindak ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Manusia sebagai makhluk yang memiliki kesatuan jasmani dan rohani secara tak terpisahkan memerlukan perlakuan yang dapat memuaskan keduanya. Psikologi agama adalah salah satu bukti adanya perhatian khusus para ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan serta kejiwaan manusia. Pendapat yang paling ekstrem tentang hal tersebut masih menunjukkan betapa agama sudah dinilai sebagai suatu bagian dari kehidupan pribadi manusia yang sangat erat kaitannya dengan gejala-gejala psikologis. Dalam beberapa bukunya, bapak psikoanalisa Sigmund Freud, yang dikenal sebagai pengembang psikoanalisis mencoba mengungkapkan hal itu. Agama menurut Freud tampak pada perilaku manusia sebagai suatu simbolisasi dari kebencian terhadap ayah yang direfleksikan dalam bentuk rasa takut kepada Tuhan.


Sumber :
Lumongga lubis, Namora. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana
Riyanti, B.P. Dwi & Hendro Prabowo. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Senin, 23 Maret 2015

KONSEP SEHAT - KESEHATAN MENTAL TUGAS I


NAMA : PRISTA DICA KURNIA (16513934)
KELAS : 2PA04
KESEHATAN MENTAL ( TUGAS I)


SEJARAH KESEHATAN MENTAL
            Pada Zaman Pra Sejarah tercatat bahwa manusia purba mengalami ganguan seperti infeksi dan arttristis dan pada zaman permulaan masa peradaban Pytagoras ialah orang yang pertama memberi penjelasan terhadap penyakit mental diikuti Palato dan hypocrates yang berpendapat ganguan mental merupakan ganguan dilihat dari ciri ganguan fisik, moral dan ganguan dari para dewa, dan Zaman Renaisance mulai menyangkal bahwa ganguan penyakit mental itu pasiaennya itu tengelam dari dunia takhyul atau alam gaib.
            Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam  menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swetster di tahun 1843, dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui “pribadi” pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan. Kesehatan mental mulai berkembang sejak perang dunia ke II. Sejak awal perang dunia ke II kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang-orang. Dalam bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
            Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila dan memperbaiki banyak rumah sakit jiwa di Amerika dan Eropa.



KONSEP SEHAT
            Sehat fisik adalah  tidak merasa sakit, secara klinis yaitu dari fisik luar seseorang tidak terlihat sakit. Semua organ tubuh berfungsi dengan baik dan tidak terdapat gangguan pada organ tubuh. Kebugaran jasmani adalah ke- sanggupan atau kemampuan tubuh dalam beradaptasi terhadap kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa merasa kelelahan. Individu yang bugar secara jasmani sering disebut sehat secara fisik. Latihan kebugaran jasmani bisa dijalani dengan olahraga. Olahraga yang teratur bisa bermanfaat bagi kesehatan tubuh, seperti dapat menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah kencing manis, menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan banyak lagi.
Ada 4 Pola Hidup Sehat yang penting dan tercatat dalam Paradigma Sehat yaitu :
1. Pola Makan Sehat : Tipe makanan apa yang sehat dan diperlukan oleh tubuh dibahas di newsletter Pola Makan Sehat.
2. Pola Aktifitas : Olahraga sangat diperlukan untuk memastikan kebugaran jasmani dan akan kita bahas berikutnya.
3. Pola Pikir : Pikiran positif untuk mendukung hidup sehat
4. Pola Spiritual

PERBEDAAN KONSEP KESEHATAN MENTAL BUDAYA BARAT DAN TIMUR
            Banyak hal dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh budaya, kesehatan mental dan gerakan kesehatan mental juga dipengatuhi oleh budaya. Dalam kesehatan mental, faktor kebudayaan juga memegang peran penting. Apakah seseorang itu dikatakan sehat atau sakit mental bergantung pada kebudayaannya (Marsella dan White, 1984). Hubungan kebudayaan dengan kesehatan mental dikemukakan oleh (Wallace, 1963) meliputi:
•Kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan mental.
•Kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental.
•Berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural.
•Upaya peningkatan dan pencegahan gannguan mental dalam telaah budaya.

            Selain itu budaya juga mempengaruhi tindakan penanganan yang dilakukan terhadap gangguan mental itu sendiri. Dengan kata lain Konsep kesehatan mental pada suatu budaya tertentu harus dipahami dari hal-hal yang dianggap mempunyai arti dan bermakna pada suatu budaya tertentu, sehingga harus dipahami dari nilai-nilai dan falsafah suatu budaya tertentu.
            Ada perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.


Sumber :